Tanpa Akhir

Dalam mimpi

 

Akulah rumput nelangsa itu

Melambai lembut tak bernada

Berdesis pelan tak bernyawa

Menggelitik angin yg berlalu

 

Selalu…

 

Akulah deruh pasir di pantai seberang itu

Terhempas berulang kali oleh relung ombak

Mainkan ketukan nada yang sama

Bahkan lebih indah dari sekedar permainan Mozart

 

Berulang…

 

Akulah daun yang gugur itu

Menari lembut di udara

Mengayun semu ingatan atasnya

Tercabik renyuh gemulir angin

 

Bukan sekali…

 

Akulah ranting yang patah itu

Yang mengetuk jendelanya

Yang tuliskan namanya di bawah bayangku

Akulah ranting yg memilih pergi dari pohonnya

 

 

Menyusup cepat,

Mencari cela kosong dalam nadi,

Sesakkan seluruh tubuh dengan bayangnya,

Hanya bayangnya..

 

Di tempat terakhir,

Dengan mata basah terpejam,

Dan tubuh terlentang sayup

Terucap dalam hembusan nafas terakhir

 

Dialah angin itu,

Dialah ombak itu,

Dialah pohon itu,

Dialah yang ada dalam mimpi-mimpi itu

 

Dan satu-satunya kalimat yg bisa kuucapkan,

Selamat tinggal…

HBD tiaraaaaa :’)

18 Oktober 2011

Hal yang pertama gue sadari, GUE SUDAH TUA #ok ini namanya nasibbb

Hal yang kedua gue sadari, 18 Oktober kali ini bukanlah 18 Oktober di tahun yang lalu. BEDA.. All had change. All! Pertama, karena gue sekarang adalah mahasiswi! Mahasiswi Kedokteran! –> seharusnya ngucapin yang ini agak excited dengan mata yang berbinar-binar. Hufft… Kedua, gue bukan siswa SMA lagi #jadi??? (geleng-geleng). Ketiga, 18 Oktober 2011 bukanlah 18 Oktober 2010.

mm…. sebenarnya lo mau ngomongin apa sih, Ra????

            (geleng-geleng)

            Gue cuma mau bilang, kalau 18 oktober ini beda dengan dengan 18 oktober tahun yang lalu!!! Continue reading “HBD tiaraaaaa :’)”

Diam

Diam punya makna bagi aku yang tak punya huruf untuk dikatakan

Air mata punya makna bagiku yang tak punya senyum untuk dibagi

Walau aku sadar, tak kan ada yang balas diamku dengan cerita

Tak akan ada yang lihat air mata dalam diamku

 

Ketika ingin ku bagi cerita,

Ingin ku bagi tangis,

Tarik lenganmu,

Aku hanya ingin menyapa

 

Tapi kau balas aku dengan diam

Beri tatapan yang tak aku pahami

Apa yang ingin kau katakan?

Atau malah, kau tak ingin katakan apapun

 

Aku diam karna kau diam

 

Diam…

Lalu diam,

Kemudian diam,

Dan terus diam…

 

Kau diam karna aku diam

 

Aku bertingkah seolah kau salah

Kau bertingkah seolah aku salah

Dan kita masih tetap diam

Kau membuatku takut

 

Selimuti aku dengan diamnya

Berikan sikap dingin, abaikan aku

Kau buatku takut

Untuk katakan aku rindukan kau

Sangat rindukanmu

Ngekos (lagi) Ngekos (lagi)

Sekilas tentang hidup baru gue…

Ternyata pp (pulang pergi) Palembang-Indralaya setiap hari cukup buat tulang-belulang di tubuh gue remuk satu persatu, ditambah tugas-tugas yang sibuk bergentayangan menghantui gue. Cukup…

Gue kagak tahan. Sampai pada akhirnya gue mutusin buat ngekos!!!

NGEKOS!!!

            NGEKOSSSS!!!!!

(sengaja di ulang biar terdengar dramatis) Continue reading “Ngekos (lagi) Ngekos (lagi)”